Ia berjalan dengan lambat
menghirup oksigen
menikmati desir angin yang menyentuh lembut kulitnya
mengayunkan tiap langkah dengan kepercayaan penuh,
semuanya akan baik-baik saja
Lalu ia sandarkan dirinya,
kepada sebuah pohon
yang angkuh
yang berdiri kokoh
meski banyak nama tergores di batangnya
diukir oleh tangan-tangan jahil
yang tak mampu menahan diri untuk memberi luka pada keindahan
Namun lama kelamaan
ia berhenti bergerak
terbuai dengan semilir angin yang berhembus dari sela sela dedaunan
terpesona oleh pendar bayang yang menghilang lalu muncul.
Menghilang lalu muncul kembali
terus menerus.
Ulah matahari
Ia yang selalu pandai mengolah rasa
mengenali semua pertanda
merasa mulai kehilangan semua indera
dan tiba-tiba dengan satu hentakan
ia terlempar
terjatuh.
Ia terluka.
Ia ludahi tangannya untuk melumuri luka di lututnya.
pedih.
Ditahankan sakitnya
Ia berdiri.
Entah mengapa ia tak terlampau peduli muasal hentakan
Ia sama sekali tak tertarik untuk mengetahuinya
Satu hal yang ia segera dengan penuh sadari ialah:
pohon itu telah memberi ilusi pasti, nyaman yang seakan tak pernah berhenti
Kini ia akan mencari cara
mengembalikan semua kekuatan pengenal rasa
Nanti, semua akan baik-baik saja.
Seperti biasa.